Riak sungai itu akhirnya selesai menunaikan tugas
Membawa puisimu mengambang di laut ini
Sebuah puisi yang aneh, katamu
Membuat matari lekas mengaram di mataku
Tapi itu pasti hanya pikirmu saja
Karena aku menikmati isi puisi, bukan kulitnya.
Lalu aku berlari menuju senja
Menangkap sebuah makna
Sebelum siluet tubuh kita lenyap di telan gulita
Tapi tak kudapati sesuatu yang tergenggam
Melainkan siluet hati yang retak di tepi dermaga
Aku lelah menunggu hening, katamu
Lalu di hulu sungai itu kau lemparkan namamu
Bersama rasa yang selalu berkiblat ke sini
Petunjuk itu yang selalu kucari, kini hilang
Sebab sejenak lagi kau bersabar, rasa itu kan berbalas
0 komentar:
Post a Comment